Ketika kita menutup tahun yang lama dan memasuki tahun yang baru, biasanya kita melakukan evaluasi atas 12 bulan yang sudah berlalu dan mulai membuat resolusi yang baru lagi. Sebutkan saja resolusi sahabat. Ada yang menuliskan resolusinya, ada juga yang ngotot cukup diingat di dalam sistem memori (yang sesungguhnya kita mudah lupa apalagi bila tidak terbiasa dengan sistem foldering otak secara sistematis 😁). Apa alasan kita membuat resolusi di akhir tahun? Banyak kita, tentu saja ingin sebuah kehidupan yang lebih baik: keuangan yang lebih baik, fisik yang lebih sehat, hubungan yang lebih menyenangkan, atau mungkin karir yang lebih bagus lagi.
Nah kalau sudah buat resolusi, selanjutnya, yang menggelitik saya adalah sebuah pertanyaan: apakah saya membangun kebiasaan baru untuk mendukung pencapaian resolusi tersebut?
Seringkali saya pribadi mendapati, resolusi - resolusi yang kita buat di akhir tahun, kebanyakan tidak menjadi kenyataan (ayoo diingat - ingat lagi 😉). Kenapa hal tersebut terjadi? Disini saya mau share sedikit ilmiah (boleh, kan? 😀). Perilaku kita sendiri dipengaruhi oleh bagaimana sistem otak kita bekerja. Otak kita menyimpan banyak ingatan akan pengalaman - pengalaman yang kita lalui dan secara sistematis membuat kesimpulan tertentu atas pengalaman - pengalaman kita.
Lalu bagaimana dengan resolusi? Kamu bisa bayangkan ngga seandainya otak kamu adalah sebuah google dan kamu hendak melakukan sebuah pencarian, sebut saja kata kuncinya adalah "kesehatan yang lebih baik", kira - kira akan ada berapa banyak hasil dari pencarian tersebut? Hehehe. Semakin umum kata kunci yang kita gunakan, maka semakin banyak informasi yang kita dapat dan tidak spesifik, bukan? Nah sama dengan fungsi otak kita. Semakin umum informasi yang kita berikan kepada otak kita (contohnya kesehatan yang lebih baik), maka semakin sulit otak kita bekerja untuk menstimulasi sistem saraf yang menggerakkan kita membangun perilaku yang bisa menunjang pencapaian resolusi tadi. Itu sebabnya kenapa kok ya resolusi kita tidak tercapai lagi.
So, perlu ngga sih buat resolusi? Tentu saja perlu. Resolusi membuat kita terpacu untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi loh. Namun perlu diingat. Resolusi perlu dilengkapi dengan tujuan atau goal yang spesifik. Misalnya resolusi kita adalah hidup lebih sehat, maka goal atau tujuan kita salah satunya adalah mengkonsumsi buah setiap hari minimal 1 piring, tidak mengkonsumsi gula dalam minuman dan seterusnya. Makin spesifik tujuan kita, maka otak kita akan semakin mudah bekerja untuk membentuk perilaku baru.
Selanjutnya adalah, tentu saja membangun kebiasaan baru. Dalam sistem kerja otak, adalah hal yang sedikit tidak mungkin bila kita menghilangkan kebiasaan lama kita karena sistem neuron kita sudah terbentuk begitu tebalnya. Itu sebabnya kita mendapati, kok ya sulit banget menghilangkan kebiasaan buruk. Salah satu cara yang paling mujarab adalah bukan menghilangkan tetapi mengganti kebiasaan lama dengan kebiasaan baru. Nah ketika kita merangsang otak kita dengan kebiasaan baru, disana akan terbentuk jaringan neuron yang baru hanya masih tipis sehingga gampang sekali putus. Kalau kebiasaan baik itu tidak terus menerus diulang, maka si jaringan neuron yang baru tidak menjadi kuat. Dan akhirnya, tentu saja jaringan neuron yang lama (kebiasaan lama kita) tetap mendominasi.
Solusinya? Bangun kebiasaan baru kamu dan ulang terus setiap hari dengan konsisten. Susah ngga? Sedikit. Hanya perlu 1 kata: DISIPLIN. Dan tentu saja berikan reward positif ketika kamu berhasil melakukannya. Contohnya begini:
- Resolusi tahun baru : Hidup lebih sehat
- Goal spesifik : Mencapai berat badan ideal 60kg
- Kebiasaan lama yang kurang baik : Ngemil makanan & minuman manis
- Kebiasaan baru : Ngemil buah, minum air putih
- Reward positif : traveling ke raja ampat


No comments:
Post a Comment