Monday, March 27, 2017

Seni Kelalaian

Siapa yang pernah atau sering lalai? Yes, saya juga. Tidak hanya pernah, malahan mungkin sering. Saking seringnya, kelalaian tidak lagi dianggap menjadi suatu hal yang salah (atau tidak juga? ;-) ).

Setelah beberapa kali (lebih tepatnya sering) saya lalai, akhirnya yang saya dapati lebih banyak kerugian daripada manfaatnya. Mungkin saat ini tidak apa - apa namun ternyata dimasa depan, lalai itu berakibat yang tidak menyenangkan; baik waktu, tenaga dan uang plus emosi. 

Salah satu seni kelalaian saya tidak lama ini adalah saya lalai memperhatikan masa berlaku sim saya yang ternyata sudah lewat 1 bulan (inipun baru sadar setelah diberi tahu oleh petugas customer service sebuah bank). Akibatnya, saya harus membuat sim baru (bukan perpanjangan loh). Dimulai harus registrasi (untungnya sekarang bisa online meski tetap saja harus antri lagi untuk dicap oleh petugas resepsionis di poltabes), verifikasi registrasi untuk mendapat nomer untuk foto dan cek data kedua, tes teori, tes simulasi (katanya simulasi tapi ternyata disini kamu bisa gagal juga loh :D. Mungkin perlu ganti nama simulasinya ya), tes praktek, bayar ke bank, antri lagi untuk dapatkan sim. Itupun kalau lulus semua. Kalau tidak, ya mengulang lagi seperti saya yang tidak lulus tes simulasi (jujur alat simulasi ini harus diganti) jadi harus kembali lagi untuk tes ulang. Sehingga kalau dihitung - hitung, akibat kelalaian yang seharusnya tidak perlu, saya kehilangan waktu sekitar 7 jam, uang yang jumlahnya lebih besar daripada kalau saya memperpanjang sim ditambah tenaga dan emosi yang tidak kalah besar.

Ini baru soal kelalaian mengecek masa berlaku sim, belum termasuk tindakan lalai lain yang entahlah tidak terhitung. Bayangkan kalau yang hilang akibat kelalaian itu dikonversikan kedalam nilai uang, bisa dibayangkan berapa kerugian yang harus ditanggung?

Berhenti memelihara seni kelalaian. Kita mungkin tidak menuainya hari ini namun sudah pasti akan terjadi dimasa depan. 

Saya pribadi, bertobat untuk lalai hari ini, membuat list prioritas, memperhatikan hal-hal yang penting dan kurang penting. Plus lebih konsisten dari hari kemarin.

"We who is the master of our success life. Define-decide-do it consistently."




No comments: